playful

Sabtu, 15 Desember 2012

aku dan penyakitku ...

Hai semua... inilah aku..
Aku tidak pernah memilih u/ hidup dengan penyakit ini,, aku lah seorang skizofrenia..
Ini benar.. pada kenyataannya, AKU ADALAH SEORANG SKIZOFRENIA .
aku menulis semua artikel ini.. karena aku ingin menginspirasi kalian semua .... Kalian yang juga sedang berjuang hidup dengan penyakit ini,, kalian yang selalu setia menemani kami dengan penuh sabar dan kasih,, dan kalian yang hidup dengan otak yang sehat.

Dapatkah anda bayangkan .. jika tiba2 di usia anda beranjak remaja .. sekitar usia 16 tahun..
anda mengalami sebuah kecurigaan yang sangat mendalam dan tidak beralasan kepada semua teman terdekat anda, berpikir bahwa mereka adalah musuh terbesar anda yang perlahan ingin membuat hidup anda berakhir. Berpikir mengenai sebuah penangkapan oleh tentara luar negeri yang ingin menangkap anda.. karena anda melakukan kesalahan internasional. Pikiran2 yang sangat menyakitkan dan menyiksa bathin anda.  Dan keberadaan suara di telinga dan otak anda tanpa ada wujud nyata nya.. saat itu suara itu menjadi teman terdekat anda.. dimana anda bisa berbincang mengenai hal2 aneh dan berimanjinasi yang luar biasa menakutkan.  dibalik semua itu ada stresor atau depresi pemicu yang telah terjadi yg mengakibatkan adanya suara aneh dan gila.

Yah,, perjalanan dalam ketidaknyataan itu.. aku lewati.
kadang kala, aku terjatuh lagi pada lubang kegilaan .. kadang kala aku diberi kekuatan u/ bertahan,, kadang kala aku berhasil melawan gangguan berpikir ku,, dan kadang juga aku semangat menggapai mimpi dalam kondisi mental yang terpuruk ini... dan sekarang aku berhasil bangkit dan berjuang kembali.  Hidupku sungguh sangat sempurna .. karena aku pernah merasakan ada di atas dan juga pernah merasa ada di bawah.  ketika aku sedang berada diatas aku merasa sangat bahagia ,, aku adalah seorang yang dikenal cukup pintar di sekolah lanjut tingkat pertamaku .. namun,, saat dibawah pun selalu aku syukuri ... disaat aku mulai merasakan suara2 yang menakutkan serta pemikiran2 yang tidak logis itu ... aku masih dapat bersyukur dan bersabar.  

Rabu, 05 Desember 2012

Mengenal Penyakit Skizofrenia

Penyakit Skizofrenia adalah gangguan di bagian otak yang berhubungan dengan pemikiran, persepsi, perhatian, perilaku motorik, emosi, dan fungsi hidup.Penyakit mental ini ditandai dengan gangguan proses berpikir dan respon emosional yang buruk. Kondisi tersebut sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau hambatan berpikir yang disertai disfungsi sosial.

Penyebab

Faktor genetika dan lingkungan memberi andil yang besar munculnya kelainan ini. Demikian pula aspek neurobiology, dan proses psikologis serta sosial menjadi faktor pencetus. Para ahli dewasa ini, menfokuskan mencari tahu faktor pencetusnya pada peran neurobiology
Pengaruh Neurobiologis Ada beberapa teori tentang pengaruh neurogiologis yang menyebabkan Skizorenia. Salah satunya adalah ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak.
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun.[8] Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

Gejala

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain
  1. ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
  2. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).
  3. Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.
  4. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.
Gejala Utama :

1.Penderita, tidak bisa membedakan antara kondisi yang nyata dan yang tidak nyata (halusianasi)
2.Biasanya juga berhubungan dengan masalah kecemasan (anxiety), depresi (depression), bahkan menjadi pencetus keinginan bunuh diri (suicidal)
3.Sangat sensitive perasaannya dan tidak stabil (Irritable or tense feeling)
4.Tidak bisa fokus dan berkonsentrasi
5.Susah bahkan tidak bisa tertidur (Insomnia)
6.Dan pada tahap selanjutnya mengalami gangguan berpikir, perasaan, bahkan gangguan/kelainan tingkah laku (behavior), seperti: mendengar dan melihat sesuatu yang tidak nyata (halusinasi), terisolasi dari dunia nyata, kehilangan perasaan atau empati terhadap orang lain, bahkan delusion (keyakinan terhadap sesuatu yang tidak nyata), kalau berbicara meloncat-loncat dengan topik yang tidak saling berhubungan (loose associations).

  1. Gejala-gejala Positif
    Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
  2. Gejala-gejala Negatif
    Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).
Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Disorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.

Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.

Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.

Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.

Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah Nobel 1994 yang mengilhami film A Beautiful Mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.

Pengobatan

Pengobatan antipsikotik, yang terutama menekan dopamin (dan kadang-kadang serotonin) pada aktivitas reseptor system saraf. Psikoterapi dan rehabilitasi sosial juga penting dalam pengobatan. Dalam kasus yang lebih serius bahkan ada resiko untuk bunuh diri dan orang lain. Kondisi seperti ini harus dilakukan rawat inap.

Kelainan Skizofreania mempengaruhi kognisi atau cara berfikir, bahkan berkontribusi untuk masalah kronis dengan perilaku dan emosi. Orang dengan skizofrenia cenderung memiliki kelainan psikologis tambahan, termasuk depresi berat dan gangguan kecemasan. Hampir 50 persen masalah-masalah sosial, kemiskinan, pengangguran dan tunawisma berhubungan dengan kelai,nan ini. Bahkan hasil studi epidemologi menunjukkan masalah kesehatan fisik dan bunuh diri meningkat. (sekitar 5 persen).

Dalam upaya mendiagnosa/menentukan jenis Skizofrenia yang diderita oleh pasien, dokter pada umumnya menggunakan standar, berupa anamnesa (pertanyaan terstruktur) yang mendalam, seperti: berapa lama gejala telah berlangsung, bagaimana perubahan fungsi kesadaran, latar belakang keluarga, mencari tahu ada/tidaknya faktor genetik dan riwayat keluarga, dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan CT Scanning dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
(Gambar 3: Perbandingan foto MRI penderita Skizofrenia dan orang normal)

Dalam keadaan gangguan berat skizofrenia, dokter akan menganjurkan untuk menjalani perwatan Inap di Rumah Sakit Jiwa, hal ini demi keamanan pasien dan masyarakat sekitarnya. Banyak obat anti skizofrenia, baik berupa obat kimia, maupun pengobatan supportive dan ECT (Electro Convulsive Therapy).
(Gambar 4: Illustasi Penggunaan ECT pada penderita Skizofrenia di Rumah Sakit)

Pada umumnya, obat antipsikotik merupakan pengobatan yang paling efektif untuk skizofrenia. Obat tersebut mengubah keseimbangan kimia dan eletrolit, serta neurotransmitter di otak sehingga dapat membantu mengendalikan gejala. Obat tersebut misalnya: Clozapine, yang merupakan obat yang paling efektif untuk mengurangi gejala skizofrenia.

Terapi supportif juga bermanfaat bagi banyak penyembuhan skizofrenia. Terapi supportif itu, misalnya; pelatihan keterampilan sosial, dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi sosial. Keluarga penderita skizofrenia harus dididik tentang penyakit, sehingga mereka dukungan untuk kesembuhan pasien.

Karena penyakit Skizofrenia merupakan penyakit menahun, maka kesembuhan pasien sangat tergantung pada kedisiplinan penderita meminum obat. Olehnya peran keluarga pada saat penderita ini sudah diizinkan berobat jalan sangat besar. Hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga antara lain: Pentingnya keluarga membantu mengingatkan pemberian obat secara teratur dan benar dan mengelola efek samping, memperhatikan tanda-tanda awal bila penyakit tersebut kambuh dan apa yang harus dilakukan jika gejala tersebut, mengatasi gejala yang terjadi bahkan saat mengambil obat.

Dalam pengobatan penderita Skizofrenia yang menahun (Kronis), di Rumah Sakit jiwa, biasanya dokter memberikan terapi tambahan berupa, Electro Convulsive Therapy (ECT). ECT merupakan teknik pengobatan skizofrenia dan depressi berat, yaitu memberikan arus listrik dengan tegangan tertentu yang tidak membahayakan jiwa penderita, namun mmeberi efek yang signifikan dalam mengurangi gejala. (1005)